Naik Metro Atau Tram di Istanbul, Turki

Naik Metro Atau Tram di Istanbul, Turki - Sebelumnya kami sama sekali belum mengenal seluk beluk kota ini kecuali dari buku dan peta. Ini pertama kalinya kami ke Istanbul. Pokoknya benar-benar hanya mengandalkan pengetahuan tentang arah mata angin saja. Walau awalnya juga celingukan hehehe..


Mengawali perjalanan ke Istanbul, kami sengaja memilih penerbangan dini hari dari Kairo hari Selasa, 15 Mei 2012. Bukan tanpa alasan, selain tiket lebih murah kami akan memiliki bonus waktu 1 hari di Istanbul. Karena sebenarnya ada beberapa pilihan waktu penerbangan dengan Turkish Airline selain dini hari yaitu siang dan sore hari.

Jika kami berangkat siang atau sore hari, waktu travelling akan terpotong perjalanan. Itung-itungannya memang harus sedikit ribet kalau mau acara travelling bisa efektif dan efisien.

Rencananya pesawat take off pukul 02.55 waktu Kairo. Ada sedikit masalah dengan waktu tidur anak-anak. Biasa sih kalau mau travelling anak-anak susah tidur (saking senengnya), padahal pagi-pagi setelah sampai Istanbul itenerary sudah disusun sedemikian rupa padatnya... yaelahhh style pejabat hehe.... Pokoknya jangan sampai mereka ngantuk besok paginya karena kurang tidur.

Sampai Istanbul jam 6.15 pagi, setelah urusan membeli Visa on Arrival (VOA) seharga 25 USD dan cek paspor selesai, sesuai rencana, kami tidak naik taxi ke hotel. Menurut keterangan teman yang pernah ke sana, selain tarifnya lebih mahal (dibandingkan Kairo dan Indonesia), sopir taxi di Istanbul agak sedikit "nakal" dan banyak yang tidak bisa berbahasa Inggris.

Mereka memanfaatkan ketidak tahuan kita (turis) untuk membuat tarif taxi jadi mahal dengan cara mengambil jalan memutar untuk sampai tujuan.. Buku yang saya baca juga menyebutkan hal yang sama, sehingga membuat kami semakin mantap untuk tidak naik taxi dari bandara ke hotel karena paranoid hehehe....

Pilihannya tentu saja naik angkutan massal atau umum. Seperti umumnya negara-negara maju, transportasi massal di Istanbul sudah sangat modern dibandingkan negara kita jadi rasanya tidak ada yang perlu dikhawatirkan, itu menurut yang saya baca juga. Saya pikir, daripada nyasar kemana-mana lebih aman ya naik angkutan umum ini.

Ada beberapa jenis, tapi yang paling populer untuk turis adalah Metro dan Tram karena 2 jenis angkutan ini melewati tempat-tempat wisata menarik di seputar kota Istanbul, sedangkan bis kota hanya melewati jalan-jalan utama saja. Karena kebetulan kami akan menginap di kawasan Sultanahmet maka naik metro adalah pilihan yang tepat.



Dari bandara, tidak perlu bingung mencari stasiun metro, petunjuknya sudah sangat jelas. Letaknya di basement dan hanya 5 menit jalan kaki setelah pintu keluar bandara. Cara pembayarannya dengan menggunakan token seharga 2 TL (Turkish Lira) yang bisa kita beli di mesin-mesin Jetonmatik di depan stasiun. Tarif Metro atau tram adalah flat, artinya jauh dekat sama ongkosnya. Mesin ini menerima uang kertas pecahan 5, 10 dan 20 TL selain uang koin. Kembalian akan keluar bersama token.


Untuk menuju kawasan Sultanahmet, kami naik metro jurusan Kabatas di jalur merah (M1), lalu turun di interchange Zeytinburnu bertukar dengan tram di jalur biru tua (T1). Saya pikir token masih berlaku saat berpindah jalur ke T1, tapi ternyata kami harus beli token lagi. Karena biasanya kalau di Kairo, Singapura atau Kualalumpur jika pindah jalur tidak lagi membeli tiket asal tidak keluar dari stasiun.

Jadi untuk kami berlima, total ongkos yang kami keluarkan menuju hotel hanya 20 TL bandingkan dengan taxi dari bandara ke Sultanahmet yang berdasarkan keterangan di buku bisa mencapai 50 TL (kalau sopirnya nggak "nakal").

Dalam perjalanan, di atas metro kami terkejut dengan seseorang yang menyapa kami dengan sapaan dengan bahasa jawa. Oh, ternyata seorang bapak yang juga baru pertama kali ke Istanbul, Pak Bambang namanya. Satu arah dengan kami, tapi tempat menginapnya sedikit lebih jauh dari tempat kami. Beliau bilang karena belum mengenal seluk beluk istanbul, maka dia memutuskan naik Metro yang rutenya sudah jelas. Daripada nyasar atau dikibulin sopir taxi katanya hehehe...

Jalur M1, tidak terlalu penuh tapi begitu pindah jalur T1 (tram) kami harus rela berdesakan bersama 2 koper bawaan kami. Jika jalur Metro punya jalur sendiri, maka tram berbagi dengan kendaraan lainnya seperti mobil, motor bahkan pejalan kaki. Maka ketika ada kendaraan atau orang yang melintas, tram akan mengurangi kecepatannya.

Setelah sepanjang 15 stasiun pemberhentian tram kami berdiri, akhirnya sampai juga di Sultanahmet sedangkan pak Bambang masih harus tetap melanjutkan perjalanannya ke stasiun Karakoy. Turun dari tram, pemandangan Blue Mosque yang menjadi landmark-nya Istanbul sudah tersaji di depan mata. Insting memotret tentu saja langsung bereaksi, walaupun mata sedikit berat karena kurang tidur.  Tidak tanggung-tanggung saya bawa 2 kamera loh hehe...  

Rencananya setelah kami menitipkan koper, kami akan berkeliling saja disekitar Blue Mosque dan Haghia Sophia yang letaknya berhadapan. Waktu Check in hotel jam 12.00 sedangkan kami sampai di Sultanahmet sekitar jam 8.00 jadi ya lumayan sih nunggunya. Untung saja pemandangannya menarik jadi mata yang ngantuk bisa sedikit segar. Tidak susah mencari hotel tempat kami akan menginap, walaupun sedikit salah jalan tapi tidak terlalu jauh nyasarnya hehe..

Terbukti kan, nggak nyasar kalau naik Metro dan tram di Istanbul. Walaupun baru pertamakali dan belum mengenal seluk beluk kota. Saya jadi berpikir, kenapa Indonesia belum bisa membuat transportasi massal yang nyaman dan aman seperti ini ya??

Catatan :
1 TL = Rp. 5.123 (Tahun 2015)

(Wisata Turki)

Share this

Related Posts

Previous
Next Post »